karya ilmiah PERILAKU KONSUMTIF DI KALNGAN REMAJA
PERILAKU
KONSUMTIF DI KALANGAN PELAJAR
SMAN
1 PELAIHARI
MAKALAH
Oleh
:
Alya
Audina
Ismaiyah
SMAN
1 PELAIHARI
KABUPATEN
TANAH LAUT
PROVINSI
KALIMANTAN SELATAN
KATA
PENGANTAR
Assalamualikum
wr. Wb.
Puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT.
Karena atas limpahan Rahmat dan akarunia-nya jualah sehingga kami dapat
menyelesaikan penelitian yang berjudul : “PERILAKU KONSUMTIF DI KALANGAN
PELAJAR SMAN 1 PELAIHARI”, Sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Dalam
kesempatan ini, penyusun ingin mengucapkan terima kasih yang setingi-tingginya
terhadap guru pembimbin mata pelajaran Bahasa Indonesia HJ. ERNAWATI yang telah
senantiasa memberi dukngan,dan bimbingan serta motivasi kepada kami. Kami
menyadari sepenuhnya bahwa penelitian ini masih jauh dari kata sempurna. Kritik
dan saran kami harap demi kesempurnaan penelitian selanjutnya.
Akhirnya, kami berharap semoga penelitian ini bermanfaat bagi semua.
Amin
Pelaihari, 01-
Mei -2017
Penyusun
ii
DAFTAR
ISI
HALAMAN
JUDUL....................................................................................i
KATA
PENGANTAR.................................................................................ii
DAFTAR
ISI...............................................................................................iii
BAB
I PENDAHULUAN
I.I
Latar Belakang..................................................................................1
I.2
Rumusan
Masalah............................................................................2
I.3
Tujuan Penelitian.............................................................................2
I.4
Manfaat
Penelitian...........................................................................2
BAB
II LANDASAN TEORI
2.I Pengertian Perilaku
Konsumtif........................................................3
2.2 Faktor Pentebab Perilaku
Konsumtif..............................................5
2.3 Pengaruh Perilaku
Konsumtif.........................................................7
2.4 Upaya Memgatasi Perilaku Konsumtif...........................................7
BAB
III PENUTUP
3.I
Kesimpulan.....................................................................................11
3.2
Saran...............................................................................................11
DAFTAR
PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Seiring dengan berkembangnya era globalisai, membuat
terjadinya peningkatan produksi dan distribusi. Hal ini tentunya akan
berpenagruh pada pemenuhan kebutuhan masyarakat.Kebutuhan adalah suatu
kekurangan yang membuat orang hendak memenuhinya. Terkait dengan hal ini, pemenuhan
akan hal tersebut ada masyarakat yang menyikapnya secara wajar dan ada yang
berlebihan/tidak wajar. Ketidak wajaran inilah yang menimbulkan adanya perilaku
yang disbut dengan “Konsumtif”. Perilaku konsumtif seperti ini hampir terjadi
pada semua lapisan masyarakat. Terutama terjadi pada kalangan pelajar. Masa
remaja merupakan masa perubahan dari anak-anak menuju usia dewasa. Tidak hanya
usia yang mengalami perubahan, namun juga pada sikap dan perilakunya.
Sikap remaja yang masih tergolong labil
dan mudah dipengaruhi, hal ini yang
sering kali membuat remaja dijadikan objek potensial bagi produsen dan para
ahli pemasaran, untuk menjual produknya. Bagi mereka membeli tidak lagi
berdasarkan kebutuhan, namun membeli berdasarkan alasan-alasan lain seperti
mengikuti mode,ingin memperoleh pengakuan sosial oleh orang disekitarnya dan
sebagainya. Perilaku konsumtif tentunya akan menjadi
masalah ketika kecenderungan membeli menjadi wajar pada remaja, apalagi jika
dilakukan secara berlebihan dan terus-menerus. Terkadang apa yang dituntut
olehnya tidak sesuai dengan kemampuan orang tuanya sebagai sumber dana.
Akibatnya ekonomi keluarga akan
mengalami masalah. Bukan itu saja, jika orang tua mereka tidak dapat
memenuhinya, mereka akan melakukan segala cara yang mengarah pada tindakan
negatif seperti, mencuri. Jadi, perilaku konsumtif tidak hanya berdampak pada
dirinya, namun juga orang lain.
Berdasarkan permasalahan diatas, tentu saja
masih banyak faktor-faktor dan dampak yang ditimbulkan dari perilaku konsumtif.
Maka, Peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Perilaku
Konsumtif dikalangan Pelajar SMA Negeri 1 Pelaihari”.
1
1.2 RUMUSAN MASALAH
2. Apa pengertian perilaku konsumtif ?
3. Apa penyebab maraknya perilaku
konsumtif di kalangan pelajar ?
4. Apa saja indikator perilaku
konsumtif ?
5. Dampak apa saja yang ditimbulkan dari
perilaku konsumtif bagi pelajar ?
6. Bagaimana upaya untuk mengatasi
perilaku konsumtif dikalangan pelajar ?
1.3
TUJUAN PENELITIAN
1. Untuk mengetahui secara jelas faktor
penyebab timbulnya perilaku konsumtif dikalangan pelajar
2. Untuk menjelaskan akibat yang
ditimbulkan dari perilaku konsumtif
3.
Untuk
mengetahui upaya yang dapat dilakukan dalam mengatasi perilaku konsumtif
1.4
MANFAAT PENELITIAN
1. Sebagai langkah untuk mencegah budaya
konsumerisme.
2.
Memberikan
pemahaman kepada remaja mengenai penyebab, dampak dan cara pencegahan terhadap
budaya konsumerisme.
2
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1
PENGERTIAN PERILAKU KONSUMTIF
Kata “konsumtif” sering diartikan sama dengan
“konsumerisme”. Padahal kata yang terakhir ini mengacu pada segala
sesuatu yang berhubungan dengan konsumen. Sedangkan konsumtif lebih khusus
menjelaskan keinginan untuk mengkonsumsi barang-barang yang sebenarnya kurang
diperlukan secara berlebihan untuk mencapai kepuasan yang maksimal (Tambunan,
2003). Perilaku konsumtif juga dapat didefinisikan sebagai perilaku membeli
barang atau jasa yang berlebihan,
walaupun tidak dibutuhkan (Moningka, 2006).
Dahulu orang berbelanja karena ada
kebutuhan yang harus dipenuhi. Saat ini orang berbelanja karena berbagai macam sebab, untuk memanjakan diri sendiri,
menyenangkan orang lain, membeli sesuatu dengan alasan hari raya, atau karena
potongan harga. Bahkan, hanya sekedar gengsi, memperlihatkan dengan status
sosial tertentu dapat berbelanja di tempat “X” dan mampu membeli barang dengan
merek ternama. Tanpa disadari, alasan-alasan tersebut membuat seseorang hidup
dalam gaya hidup konsumtif.
Mowen dan Minor (2002) mengatakan bahwa
perilaku konsumtif adalah suatu perilaku yang tidak lagi didasarkan pada
pertimbangan yang rasional, melainkan membeli produk atau jasa tertentu untuk
memperoleh kesenangan atau hanya perasaan emosi. Pengertian perilaku konsumtif
tersebut sejalan dengan pendapat Dahlan yakni suatu perilaku yang
ditandai oleh adanya kehidupan mewah yang berlebihan, penggunaan segala hal
yang dianggap paling mahal memberikan kepuasan dan kenyamanan fisik
sebesar-besarnya serta adanya pola hidup manusia yang dikendalikan oleh suatu
keinginan untuk memenuhi hasrat kesenangan semata (dalam Sumartono,
2002). Berdasarkan dari beberapa pengertian yang telah dikemukakan, maka
dapat diambil suatu kesimpulan bahwa perilaku konsumtif adalah perilaku
individu yang ditunjukan untuk mengkonsumsi suatu barang secara berlebihan dan
tidak terencana.
Perilaku ini lebih banyak dipengaruhi oleh
nafsu yang semata-mata untuk memuaskan kesenangan serta lebih mementingkan
keinginan dari pada kebutuhan. Sehingga tanpa pertimbangan yang matang,
seseorang begitu mudah melakukan pengeluaran untuk memenuhi keinginan yang
tidak sesuai dengan kebutuhan pokoknya sendiri.Di tengah realitas kondisi
ekonomi bangsa kita yang masih jauh di bawah Negara lain. Masyarakat kita malah
semakin dikendalikan oleh budaya konsumtivisme. Besarnya peningkatan permintaan
terhadap barang-barang teknologi seperti yang diberikatan di beberapa media
sejak tahun-tahun lalu hingga sekarang, telah menunjukkan perilaku konsumtif
bangsa Indonesia yang semakin memprihatinkan.
3
Tiada hari
tanpa belanja dan membeli. Bahkan sebagian dari mereka sudah ada yang mengidap
penyakit “shopilimia”, suatu penyakit “kecanduan berbelanja”. Masyarakat
kita pun akhirnya semakin sulit membedakan antara kebutuhan dan keinginan.
Mungkin kita pernah memperhatikan beberapa counterhandphone yang
selalu ramai saat hari-hari biasa
dan membludak di hari libur. Survey membuktikan bahwa banyak diantara kita yang
mempunyai telepon seluler lebih dari satu. Keberadaan dua sampai tiga telepon
seluler disaku bagi sebagian besar masyarakat kita saat ini tidak lagi menjadi
sesuatu hal yang aneh, namun sudah lumrah. Apple, BlackBerry dan Htc merupakan
segelintir brand yang menghiasi saku-saku banyak orang saat ini, tentunya
dengan dibantu hp-hp lokal lainnya. Fakta ini, diperkuat oleh prilaku para
remaja, khususnya pada momen-momen khusus yang terjadi di sepanjang tahun,
semisal hari raya keagamaan, seperti bulan Ramadhan, Hari Raya Idul Fitri,
Natal, dan Tahun Baru.
Remaja yang bergaya hidup konsumtif rela
mengeluarkan uangnya hanya untuk jaga gengsi dalam pergaulan. Baik itu
masalah makanan dan minuman, pakaian, juga masalah hiburan (Food,
Fashion, and Fun). Hal ini merupakan perwujudan dari gharizah al baqa
(naluri mempertahankan diri). Setiap orang ingin dianggap eksis dalam
lingkungan pergaulannya. Bahkan mereka rela menghambur-hamburkan uang kedua
orang tuanya demi mencapai eksistensi tersebut. Mereka sudah tidak
memperdulikan betapa susahnya orang tua dalam mencari uang, yang mereka
pikirkan hanyalah mencapai kepuasan dan keinginan.
Budaya konsumtif yang
mewabah pada remaja saat ini tidak terlepas dari perkembangan budaya
kapitalisme yang menempatkan konsumsi sebagai titik sentral kehidupan dalam
tatanan sosial masyarakat. Terlebih lagi pada momen-momen khusus
yang terjadi disepanjang tahun yang mendorong setiap individu untuk bertindak
konsumtif. Hal ini awalnya hanya untuk memenuhi kebutuhan yang dianggap perlu,
namun lama-kelamaan sifat konsumtif semakin besar sehingga individu cenderung
membeli barang yang sebenarnya tidak mereka butuhkan. Keinginan yang besarlah
yang membuat mereka susah untuk menahan membelanjakan uang yang mereka miliki.
Perilaku konsumtif ini dapat terus mengakar di
dalam gaya hidup sekelompok remaja. Dalam perkembangannya, mereka akan menjadi
orang-orang dewasa dengan gaya hidup konsumtif. Gaya hidup konsumtif ini harus
didukung oleh kekuatan finansial yang memadai. Masalah lebih besar
terjadi apabila pencapaian tingkat finansial itu dilakukan dengan segala macam
cara yang tidak halal. Sebagai contohnya mencuri, merampok, dan sebagainya.
4
2.2 FAKTOR PENYEBAB PERILAKU KONSUMTIF
1.
Faktor Internal. Faktor internal ini juga
terdiri dari dua aspek, yaitu faktor psikologis dan faktor pribadi.
a) Faktor psikologis, juga sangat mempengaruhi seseorang dalam bergaya hidup konsumtif
b) Motivasi, dapat mendorong karena dengan motivasi tinggi untuk membeli suatu produk, barang / jasa maka mereka cenderung akan membeli tanpa menggunakan faktor rasionalnya.
c) Persepsi, berhubungan erat dengan motivasi. Dengan persepsi yang baik maka motivasi untuk bertindak akan tinggi, dan ini menyebabkan orang tersebut bertindak secara rasional.
d) Sikap pendirian dan kepercayaan. Melalui bertindak dan belajar orang akan memperoleh kepercayaan dan pendirian. Dengan kepercayaan pada penjual yang berlebihan dan dengan pendirian yang tidak stabil dapat menyebabkan terjadinya perilaku konsumtif.
a) Faktor psikologis, juga sangat mempengaruhi seseorang dalam bergaya hidup konsumtif
b) Motivasi, dapat mendorong karena dengan motivasi tinggi untuk membeli suatu produk, barang / jasa maka mereka cenderung akan membeli tanpa menggunakan faktor rasionalnya.
c) Persepsi, berhubungan erat dengan motivasi. Dengan persepsi yang baik maka motivasi untuk bertindak akan tinggi, dan ini menyebabkan orang tersebut bertindak secara rasional.
d) Sikap pendirian dan kepercayaan. Melalui bertindak dan belajar orang akan memperoleh kepercayaan dan pendirian. Dengan kepercayaan pada penjual yang berlebihan dan dengan pendirian yang tidak stabil dapat menyebabkan terjadinya perilaku konsumtif.
2.
Faktor
Eksternal / Lingkungan. Perilaku konsumtif dipengaruhi oleh lingkungan di mana
ia dilahirkan dan dibesarkan. Variabel-variabel yang termasuk dalam faktor
eksternal dan mempengaruhi perilaku konsumtif adalah kebudayaan, kelas sosial,
kelompok sosial, dan keluarga
INDIKATOR PERILAKU KONSUMTIF
Sumartono (1998)
menyatakan bahwa konsep perilaku konsumtif amatlah variatif, tetapi pengertian perilaku konsumtif adalah membeli
barang atau jasa tanpa pertimbangan rasional atau bukan atas dasar kebutuhan.
Secara operasional indikator perilaku konsumtif adalah :
1.
Membeli produk karena
hadiahnya.
Individu membeli suatu barang karena adanya hadiah yang
ditawarkan jika membeli barang tersebut.
2.
Membeli produk karena kemasannya
menarik.
Konsumen pria metroseksual mudah terbujuk untuk membeli
produk yang dibungkus dengan rapi dan dihias dengan warna-warna yang
menarik.
3.
Membeli produk demi menjaga
penampilan diri dan gengsi.
Kosumen pria metroseksual mempunyai keinginan yang
tinggi, karena pada umumnya mereka mempunyai ciri khas dalam berpakaian,
berdandan, gaya rambut, dan sebagainya bertujuan agar pria metroseksual selalu
berpenampilan menarik. Mereka membelanjakan uangnya lebih banyak untuk
menunjang penampilan diri.
5
4.
Membeli produk atas pertimbangan
harga (bukan atas dasar manfaat dan kegunaannya).
Konsumen pria metroseksual cenderung berperilaku yang
ditandai oleh adanya kehidupan mewah sehingga cenderung menggunakan
segala hal yang dianggap paling mahal.
5.
Membeli produk hanya sekedar menjaga
simbol status.
Pria metroseksual mempunyai kemampuan membeli yang tinggi
dalam berpakaian, berdandan, gaya potong rambut, dan sebagainya sehingga
dapat menunjukkan sifat ekslusif dengan citra yang mahal dan memberi kesan
berasal dari kelas sosial yang lebih tinggi. Dengan membeli suatu produk
dapat memberikan simbol status agar kelihatan menarik dimata orang lain.
6.
Memakai sebuah produk karena unsur
konformitas terhadap model yang mengiklankan produk.
Pria metrseksual cenderung meniru tokoh yang diidolakan
dalam bentuk menggunakan segala sesuatu yang dipakai tokoh yang diidolakannya.
Pria metroseksual cenderung dan mencoba produk yang ditawarkan bila ia
mengidolakan public figure produk tersebut.
7.
Munculnya penilaian bahwa membeli
produk dengan harga mahal akan menimbulkan rasa percaya diri yang tinggi.
Pria metroseksual sering terdorong untuk mencoba suatu
produk karena mereka percaya yang dikatakan oleh iklan yaitu dapat menumbuhkan
rasa percaya diri. Cross dan Cross (dalam Hurlock, 1997) juga menambahkan bahwa
dengan membeli produk yang mereka anggap dapat mempercantik penampilan fisik,
mereka akan menjadi lebih percaya diri.
8.
Mencoba lebih dari 2 produk sejenis
(merek berbeda).
6
2.3 PENGARUH PERILAKU KONSUMTIF
Pengaruh atau akibat yang ditimbulkan
dari prilaku konsumtif remaja yaitu :
1. Boros
Mereka rela menghambur-hamburkan
uang demi mencapai keinginannya, bukan memenuhi kebutuhannya.
2. Menimbulkan masalah ekonomi keluarga
Bagi remaja yang kedua orang tuanya
tidak mampu, akan menimbulkan masalah. Sebab, remaja tersebut pasti akan terus
mendesak kedua orang tuanya agar memenuhi apa yang diinginkan.
3. Menimbulkan kesenjangan sosial
Dalam hal ini akan terjadi perbedaan
antara anak orang menengah ke atas dan menengah ke bawah. Akibatnya terjadi
kecemburuan sosial yang mengakibatkan hal-hal yang tidak diinginkan, bahkan
bisa menimbulkan kriminalitas.
2.4 UPAYA MENGATASI PERILAKU KONSUMTIF
1. Menabung
Meski tampak
sederhana, namun tidak semua orang bisa menyisihkan uangnya untuk ditabung,
apalagi mereka yang bergaya hidup konsumtif. diakui atau tidak, banyak yang
belum menyadari akan pentingnya menabung. Sekadar kesadaran mungkin sudah ada,
tetapi belum terealisasi secara terus menerus.
Bagaimana
bisa menabung jika gaji saja kecil? Menabung tidak harus dalam jumlah banyak.
Namanya juga menyisihkan sebagian, maka dana tabungan bisa diambil sebesar 5%
atau 10% dari gaji. Jika hal ini dilakukan secara terus menerus, tentu nilai
tabungan akan semakin banyak, sehingga bisa menjadi dana cadangan ketika
memiliki kebutuhan mendadak.
7
2.membuat anngagaran belanja
Anggaran
belanja merupakan salah satu alat untuk mengatur aliran dana. Dalam konteks ini
tentu saja yang menjadi fokus utama adalah perencanaan pengeluaran. Kebutuhan
bisa mencakup harian juga bulanan. Setiap pengeluaran harus diatur dalam
pos-pos yang jelas. Dengan demikian, anggaran yang disediakan untuk
pemenuhannya juga bisa terpampang secara gamblang. Pembuatan anggaran belanja
sekaligus bisa menentukan target pengeluaran.
Membuat
anggaran belanja sih mudah, tapi menepatinya itu yang susah. Apalagi ketika
godaan belanja barang-barang di luar kebutuhan selalu menghampiri. Untuk
itu,
kemampuan mengendalikan diri sangat dibutuhkan agar anggaran belanja yang sudah
dibuat dapat ditepati.
3.
Prioritaskan Kebutuhan
Penting
dipahami bahwa kebutuhan tidak sama dengan keinginan dan keperluan.
Sederhananya, butuh selalu perlu, sedangkan perlu tidak selalu butuh. Jadi,
kebutuhan memiliki ‘derajat’ yang lebih tinggi daripada keperluan atau hanya
sekadar keinginan. Nah, untuk beranjak dari perilaku konsumtif, prioritaskanlah
kebutuhan. Jika kebutuhan telah terpenuhi, maka keinginan atau keperluan bisa
dipenuhi ketika ada dana sisa. Bukan kebalikannya, memenuhi keinginan lebih
dulu dan mengesampingkan kebutuhan. Ketika dana telah habis untuk memuaskan
keinginan, muncul kebutuhan yang mau tak mau wajib dipenuhi sehingga harus
merogoh kocek lebih dalam. Beruntung kalau ada dana cadangan, jika tidak maka
solusi yang harus diambil adalah dengan berutang. Tentu kondisi ini jauh dari
tujuan hidup hemat.
4. hindari pemakaian kartu kredit
Ada yang
bilang kartu kredit tak
ubahnya seperti kartu setan. Dia begitu mudah membujuk dan merayu berperilaku
konsumtif dengan berbelanja berlebihan bahkan untuk barang-barang yang
sebenarnya tidak dibutuhkan. Mudah, praktis, dan gengsi. Itulah iming-iming
yang menggelitik psikologis manusia, terutama yang hidup di perkotaan. Tanpa
disadari, iming-iming tersebut justru menjerumuskan secara finansial, karena
penggunanya akan dibebani dengan tagihan sebesar dana yang digunakan plus
bunga.
Transaksi
dengan kartu kredit yang bersifat virtual tanpa
uang tunai dan tinggal gesek seolah ‘menyihir’ penggunanya untuk belanja dan
terus belanja. Asyik dan nyaman saja ketika menggunakannya, tetapi ketika sadar
banyaknya tagihan dan pengeluaran barulah akan menyesakkan dada.
8
Belanja
menggunakan kartu kredit sebenarnya sah-sah saja, asal Anda memiliki komitmen
dan kontrol diri yang kuat. Bagi Anda yang cenderung ‘latah’ sebaiknya
menghindari berbelanja dengan kartu kredit dan lebih bijak jika menggunakan
uang tunai. Dengan demikian, Anda tetap bisa mengontrol pengeluaran Anda.
5. Kurangi Jalan-jalan dan Cuci Mata di Mal
Jalan-jalan
dan cuci mata di mal atau pusat perbelanjaan memang mengasyikkan, namun akan
berbahaya, jika hal ini menjadi kebiasaan, maka lama-lama akan menguras kantong
Anda. Mengapa? Cuci mata di pusat perbelanjaan berpotensi menimbulkan niat
belanja yang tidak terduga dan terencana. Ketika melihat suatu barang yang
di-display di toko, bisa jadi Anda langsung tertarik dan ingin membelinya
meskipun tidak ada rencana untuk membelinya dalam daftar belanja yang telah
Anda buat.
6. Mulailah Berinvestasi
Investasi
merupakan salah satu cara untuk menghindari perilaku konsumtif sekaligus
merencanakan kehidupan masa depan yang lebih baik. Apa pentingnya berinvestasi?
Investasi dapat dipahami sebagai penanaman modal pada suatu usaha atau barang
tak bergerak dengan tujuan memperoleh keuntungan di masa mendatang. Ketika usia
Anda tak lagi produktif, investasi bisa menyelamatkan kehidupan masa tua Anda.
Misalnya saja, Anda membeli properti. Jika belum ingin
memanfaatkannya untuk diri sendiri, Anda bisa menyewakannya kepada pihak lain
sehingga Anda memperoleh keuntungan dari uang sewanya. Selain itu, Anda juga
bisa menikmati nilai properti yang cenderung meningkat setiap tahunnya.
7.
Cermatlah Ketika Membeli Barang
Mahal tak
selalu berkualitas, dan murah tak selalu murahan. Agaknya prinsip tersebut
perlu bahkan wajib Anda terapkan ketika membeli suatu barang. Membeli barang
berdasarkan fungsi akan lebih bijak dibandingkan berdasarkan merek hanya untuk
menunjang gengsi. Contohnya saja tas. Bagi kebanyakan wanita, barang tersebut
sangatlah berharga. Tak heran jika barang ini dikoleksi oleh kaum hawa. Namun,
untuk apa membeli tas dengan harga mencapai ratusan juta, padahal fungsinya
sama dengan tas yang berharga ratusan atau hanya puluhan ribu saja. Perilaku
tersebut tentu saja merupakan pemborosan.
9
8. Beramal dan Bersedekah
Cara yang
satu ini memang berbau religi, namun tak kalah ampuh untuk mengubah perilaku
konsumtif. Dengan beramal dan bersedekah berarti Anda telah berbagi dengan
orang-orang yang secara ekonomi tidak seberuntung Anda. Pesan moralnya, dengan
bersedekah, memberikan sumbangan atau donasi ke lembaga-lembaga sosial seperti
panti asuhan, panti jompo, atau fakir miskin, Anda telah membantu meringankan
beban mereka. Oleh sebab itu, jika memiliki dana berlebih, akan lebih baik
apabila Anda menyalurkannya kepada orang-orang yang membutuhkan, bukan justru
egois dengan menghambur-hamburkannya untuk kesenangan pribadi, meski itu
merupakan hak Anda. Jika Anda termasuk salah seorang yang berperilaku
konsumtif, ada baiknya jika tips ini diterapkan sebelum Anda mengalami
kebangkrutan.
10
BAB III
PENUTUP
3.1
KESIMPULAN
Dari hasil pembahasan di atas, dapat saya
simpulkan bahwa globalisasi memiliki pengaruh yang luar biasa bagi para remaja.
Pengaruh tersebut yaitu melekatnya perilaku konsumtif remaja di kehidupan
sehari-harinya. Hal tersebut bisa terjadi karena remaja memang sudah menjadi
sasaran potensial bagi para produsen. Selain itu, masa remaja adalah proses
pencarian jati diri, sehingga mereka lebih mudah terpengaruh dan terbawa oleh
kondisi lingkungan di sekitarnya. Ditambah lagi dengan diluncurkannya
barang-barang bermerk, semakin mudahlah perilaku konsumtif muncul di kalangan
remaja.
Dengan melihat kondisi remaja saat ini,
jika seseorang memasuki masa remaja sebaiknya lebih diarahkan dan lebih
dipantau lagi terutama oleh orang tua. Selain itu, para remaja lebih baik
diberi kesibukan agar mereka tidak merasa bosan. Karena perilaku konsumtif
muncul akibat mereka tidak ada kegiatan, lalu mereka bosan. Dari kebosanan
itulah muncul budaya belanja yang mengakibatkan perilaku konsumtif.
3.2
SARAN
Semoga
karya tulis ini dapat bermanfaat bagi yang membacanya dan semoga bisa dikaji
ulang supaya karya tulis ini dapat lebih baik lagi. Dan yang paling saya
tekankan, semoga dengan adanya karya tulis ini para remaja bisa memiliki
kesadaran untuk menghindari yang namanya perilaku konsumtif. Sebab perilaku
konsumtif bukan hanya merugikan diri sendiri, tetapi dapat merugikan orang tua
serta bisa menghabiskan uang tanpa alasan dan tujuan yang jelas.
11
DAFTAR PUSTAKA
Elizabeth B, Hurlock. 1980. Psikologi
Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan Edisi kelima.
Jakarta: Erlangga
Kartajaya,
Hermawan., Yuswohady, Madyani, Dewi., Christynar, Mathilda., Indrio, Bembi Dwi
(2004) Metrosexual in Venus; Pahami Perilakunya, Bidik Hatinya,
Menangkan Pasarnya. Jakarta. Penerbit MarkPlus&Co.
Skripsiadi,
Erwin J., Aning, Floriberta (2005) Penuntun Komunikasi dan Tingkah Laku
Manusia Modern; Mengenal Budaya dan Tradisi yang Berbeda. Yogyakarta.
Enigma Publishing.
Sumartono.
(2002). Terperangkap dalam Iklan : Meneropong Imbas Pesan Iklan
Televisi. Bandung. Penerbit Alfabeta.
Tambunan, R.
(2001). Remaja dan Perilaku Konsumtif . [online]
(http://www.duniaesai.com/psikologi/psi3.htm)
Moningka, C.
(2006). Konsumtif : antara Gengsi dan Kebutuhan. [online] (http://www.suarapembaruan.com/News/2006/12/13/urban/urb02.htm)
Mowen, J.C.,
Minor, M. (2002). Perilaku Konsumen. Jakarta. Penerbit
Erlangga.
Kotler, P.
Armstrong, G. (1997). Dasar-Dasar Pemasaran Jilid 1. Alih Bahasa:
Alexander Sidoro. Jakarta. Prenhallindo.
Yuswohady.(2006).PasarMetroseksual.[online](http://www.republika.co.id/suplemen/cetak_detail.asp?mid=3&id=159528&kat_id=105&kat_id1=149&kat_id2=259).
oh ya guys walaupun ini suadah jadi,ini sifatnya cuma sebagai refrensi aja ya !! jangan copas,lebih baik kita membuat karya sendiri dari pada copas oke !!
Nice info. Oiya ngomongin pemborosan, kamu pernah ga sih merasa udah hidup biasa-biasa aja (ga pernah boros), tapi nyatanya duit bulanan selalu habis? Biasanya, itu karena kamu ngeluarin uang buat hal-hal yang sebenernya sepele. Itu ada istilahnya loh, namanya Latte Factor. Mau tau lebih lengkapnya? Cek di sini yuk:
BalasHapusApa sih Latte Factor itu?